Hari Bersih-bersih Musim Panas (yang Tertunda Beberapa Bulan)

Mmm… hai??? 

Oke, oke. Ampun. Gue tau gue udah 1000 tahun nggak nulis. mAaf. MAAAAF banget. Hidup gue terlalu berantakan, terlalu semrawut untuk gue tuangkan dalam wujud 26 huruf nggak bersalah ini. Atau setidaknya, gue kira begitu.

Anyways, selamat tahun baru!


Gue, merayakan tahun baru melawan anxiety dengan anxiety. Uhuy.

By the way, the are reasons why my 2017 is a whole mess. Karena fase hidup-gue-tanpa-menulis adalah fase hidup yang jauh lebih berantakan daripada biasanya, Boi. Amat sangat. Kalian pernah lihat meja Bu Yenny Bahasa Inggris chaos? Hidup gue lebih berantakan.

Jadi, nope. Sorry. Gue nggak akan nulis tentang keadaan gue, atau teman-teman gue, atau appreciation post seperti biasanya. Hanya sekadar—apa ya?—menuangkan pikiran. Upaya gue memilah-milah benang semrawut di ruangan “Akan Dibereskan Nanti”, di otak gue.

Di masa liburan kenaikan kelas, mama gue sering cerita bahwa beruntungnya gue nggak dipaksa bersih-bersih rumah kayak waktu dia kecil dulu. Semua barang diturunin atau dikeluarin buat dilihat kerusakannya dan dibersihkan. Satu. Demi. Satu. Even chandelier di ruang makan. Karena keluarga gue terkena arus westernisasi suka baca Lima Sekawan, hari-hari melelahkan ini dinamakan Hari Bersih-bersih Musim Panas meskipun dia tinggal di Jakarta dan musim panas berlangsung selama enam bulan.

Meskipun karena gue lakukan di tahun baru... jatuhnya resolusi, sih.


Kalo kalian bersih-bersih rumah, gue yakin kalian punya kategori-kategori semacam “Masih Dipakai”, “Disumbangkan”, “Dijual”, dan “Dibuang”. Dan karena gue tahu hidup kalian berantakan kenal pembaca-pembaca gue, gue tahu ada semacam kotak yang isinya barang-barang yang nggak tahu mau kalian apain. Yang kalian putuskan untuk dipikirin nanti-nanti aja. Nah, anggap gue lagi beres-beres ruangan di otak gue. Ruangan berkategori “Akan Dibereskan Nanti” ini, penuh. Banget.

☹Yang berarti gue menunda untuk memikirkan banyak hal untuk mencegah Overthink®, dan Cuma menyimpannya di bagian belakang kepala gue☹


Kayaknya di sini ketidakberesan hidup gue dimulai.

Gue rasa, akibat perbincangat ehm-lumayan serius-ehm Bersama Millen™, gue memang pantas untuk ditampar kayak gini. Sama Tuhan (atau sama malaikat, kalau Tuhan nggak sekejam itu) (atau sama semesta, kalau kalian nggak percaya Tuhan). 

Atau realita. Thanks, Kegoblogan.


Kayak apa tuh tamparannya?

Gue merasa hidup gue falling apart. Nilai-nilai gue. Kehidupan per-INTEN-an gue (well, at least gue tidak mengecewakan Bu SH. Gue menulis dengan PUEBI yang baik). Emosi gue yang naik turun, kayak gelombang transversal dengan amplitudo tinggi tapi isinya lembah semua (anggap hidup gue adalah titik P, kalian bisa menghitung simpangan gue dari melihat titik Q gue, yang anjingnya jauh banget dari titik P gue. Yang berarti, akar dari ketidakberesan ini sudah amat jauh, Boi). 

Sebuah ilustrasi. Sama-sama.


Hubungan gue dengan Tuhan, keluarga (halah), dan orang-orang di sekitar gue. Dan yang pasti, hubungan gue dengan diri sendiri.

Awalnya, gue merasa oke-oke aja. Kalian yang udah mengikuti blog gue dari SMP, inget masa-masa emo  awal masuk SMA? Gue harusnya udah biasa. Dan bukannya hidup orang-orang di sekitar gue nggak berantakan, kan? Semua orang sama bingungnya.

Gue bisa bertahan, dengan bantuan, mmm, meme dan dark jokes. Gue pun rest in pieces (bukan rest in peace, Puji Tuhan) (dan tidak dalam arti gue sudah pergi ke alam lain sebagai korban mutilasi, bukan). Berantakan, dan terpecah belah, but I rest, I fuckin rest, instead of trying to fix anything.

Atau dalam kacang polong. Yumm.


TERNYATA NGGAK, ANJAY.
Bukan gini caranya. Meskipun hidup orang lain berantakan, bukan berarti gue baik-baik aja kalo hidup gue berantakan.

Gue harus belajar peduli sama diri gue sendiri.

Bukan berarti gue nggak boleh beristirahat saat hidup gue berantakan. Bukan gitu, we are all unsolved puzzle ourselves. It’s okay bila kalian terlalu lelah atau dunia terlalu fucked up buat dihadapi. Tapi bukan berarti, kalian berhenti peduli sama diri sendiri.

Kalau dipikir-pikir, awal mula ketidakberesan itu apa, sih? Karena kita nunda-nunda. Karena kita menaruh terlalu banyak hal di “Akan Dipikirkan Nanti”. Karena kita nggak cukup peduli.

Gue bukan mau menggurui, toh post ini dibuat untuk gue tertawakan di masa depan karena melihat betapa bullshit-nya semua ini mengingatkan diri gue sendiri. Coba deh, dimulai sedikit-sedikit.
Gue baru sadar seberapa nggak pedulinya gue. Udah beberapa hari, gue membantu orang menyelesaikan susunan puzzle mereka, tapi gue lupa bahwa kotak puzzle gue jatoh dari meja, hancur berantakan, dan kemudian potongan-potongannya dibawa kabur anjing gue untuk dikunyah (yah, meskipun gue nggak punya anjing, sih).
Ketika post ini dibuat pada hari Jumat, udah dari hari Rabu malem gue nggak makan. Makan dengan benar, maksudnya, dengan nasi dan sayur dan lauk pauk (maaf ya, bagi orang-orang yang kubohongi). Saat ini ditulis, jam enam sore, gue belum minum air putih sama sekali. Gue belum tidur dengan benar—udah minum obat tidur dari Kamis minggu lalu. Kamar gue berantakan sisa-sisa UAS dan pekan remed kemarin. Hayo, hal-hal kecil tentang diri kalian sendiri apa yang vital namun nggak diperhatikan?

Dari aku untuk aku. Terima kasih, aku.

Setelah minum dengan baik dan beres-beres kamar, gue sadar, hal ini nggak susah, ya, ternyata? (Atau belum, karena gue baru mencoba memedulikan diri sendiri, belum naik level). Tapi, kenapa gue tunda-tunda terus ya?
Dan mungkin, kalian juga bertanya-tanya, selain rasa malas, apa sih yang bikin kita menunda-nunda ­self-care semacam ini?
Menurut gue (menurut gue, lho, ya, manusia awam kelas 3 SMA yang belum jadi mahasiswi Psikologi), hal ini dikarenakan kita nggak melihat hasilnya secara langsung. Dan tentunya, hasil yang samar-samar dan perlahan ini bikin kita merasa gagal. Kayak pergi ke gym untuk pertama kalinya, dan mengharapkan jadi fit saat itu juga. Terus, apakah langsung fit? Jelas nggak, dong, tapi nggak jarang orang-orang jadi males ke gym lagi.

Seenggaknya, dapet medali. Yey.

Dengan melakukan apa yang benar, kalian punya ekspektasi. Logically speaking, harusnya tidak segala hal langsung get back in their place hanya dengan melakukan suatu hal, dan gue yakin kita semua tahu itu. Tapi benak manusia adalah sesuatu yang kompleks, dan sayangnya nggak bisa berhenti berharap dan berekspektasi, karena manusia diciptakan dengan bawaan untuk berevolusi menjadi lebih baik.
Dan daripada memiliki ekspektasi lalu dikecewakan, lebih sering kita nggak melakukan apapun. Biar nggak punya ekspektasi sama sekali. Tidak memulai karena takut dengan akhir.
(WOW! DAMN INSPIRATIONAL!! SUCH THOUGHT!1!!!1!1!)

Nah, setelah mengetahui hal-hal yang dipikirkan Otak Tolol™ kita ini, kita jadi tahu tips dan trik (atau malah, hack), untuk mengelabui mereka balik, OHOHOHO (All hail, Pak Romeong). Jangan takut menjadi tidak sempurna, jangan takut untuk berekspektasi, dan jangan takut coba lagi. Typical, memang, tapi bahkan gue di sini mau mengajak kita (atau mengingatkan diri gue sendiri) untuk sama-sama memulai. Dari mana mulainya?

Kata Millen, kalau bingung mau memulai dari mana, ya mulai saja dari dasarnya. Apalagi, di awal tahun yang jatuh di hari Senin ini. Amat sangat tepat untuk restarting, kan?

(Wow! Such thought! Bravo!)

Mulai dari memedulikan diri sendiri, mulai dari cari tahu, kenapa sih, hidup kita berantakan? Baru naik level, ke bagaimana cara agar tidak seberantakan dulu? Seperti menulis makalah, dimulai dari latar belakang masalah, baru rumusan, dan kemudian isi.

Bagi gue, memulai adalah dengan menguak habis apa yang perlu gue lakukan. Dan karena gue selalu gagal buat to-do-list, gue nulis blog, deh. Gue senang, dan pembaca-pembaca yang suka buka-buka blog gue saat dilanda kebosanan juga ikut merasakan percikan-percikan faedah. Sedikit, sih. Tapi senang juga ada orang-orang yang nanyain kapan blog gue update (SENENG LHO AKU). Jadi yaudahlah??? Daripada ngestalk OA Toilet dan Kegoblogan sampe gila? What a win win solution! Hehehe.

Dah ah, mo makan dulu. Doakan ya, agar gue bisa konsisten dalam, setidaknya, menjaga dan memedulikan diri gue.

Sekali lagi, selamat ulang tahun, Tahun. Selamat untuk kesempatan-kesempatan yang baru. Semoga semesta menjadikan semua yang kamu semogakan.

Dadaaah.


Comments

Popular Posts