Jemi, Mimpi, dan Segala Aspek yang Menyertai

Selasa, 3 Juli 2018.

Gue belum pernah merasakan hal secampur aduk ini dalam hidup gue.

Rasanya, kayak kapasitas hati gue mentok. Ini... terlalu banyak untuk dirasakan satu orang dalam satu waktu! Dan gue yakin, hari ini adalah salah satu hari yang akan membentuk gue suatu saat nanti.

Gue nggak akan pernah lupa 5 Februari 2016---gue tes INTEN tanpa mikir aneh-aneh, tanpa mikir seberapa banyak ini akan membantu membentuk gue nanti. Seperti impian gue sejak SMP, gue /tau/ bakal masuk Psikologi UI, kerja dan bertemu orang-orang yang akan membantu gue mengembangkan tulisan gue

Gue berpegang pada mimpi itu sampai gue bener-bener jadi siswi INTEN. Hasil tes gue yang mencapai kelas lulus menempatkan gue bersama orang-orang yang, pada saat itu, sama sekali nggak gue sangka bakal jadi temen-temen seperjuangan. Karena kelas lulus, gue cuma masuk hari Rabu dan Jumat sampai Oktober.

Tanpa bener-bener mikir SBMPTN itu apa, gue ikutin aja semua programnya dengan bahagia. Bagi kalian pembaca yang tidak tahu, saat SMP bersekolah di sekolah YANG MENGURAS HATI JIWA RAGA SUPERSIBUK sementara SMA gue... meh.
Terlihat asri, y.

Intinya... setelah tiga tahun ~•° b e r s u k a r i a °•~ di sekolah, tanpa bener-bener belajar dan paham apa yang terjadi, gue bahagia aja diperhatiin sama INTEN!

Waktu semester satu, gue masuk dua sampai tiga kali seminggu, ngejar materi agit, trus mundur ke aud, baru ke utas. Guru-gurunya kompeten, dan gue (setelah tiga tahun nggak beneran diajar oleh sebagian besar guru sekolah) SENANG. GUE SENANG MERASA SIBUK DAN MEMBUAT CATATAN. ALL HAIL.

Kalo ada hal yang pernah gue keluhkan selama belajar di INTEN waktu semester satu, itu cuma progress. Kalau kalian mau tau, setiap pertengahan bulan, kita menjalankan Try Out. Selain try out pada umumnya---mengerjakan soal tanpa tanya kiri-kanan---Try Out ini diakhiri dengan Try Out At Home dan progress. Try Out At Home lumayan, kita diminta mengerjakan ulang seluruh soal tanpa tanya teman atau guru, tapi boleh liat buku dan internet!

Awalnya gue seneng bisa mengulik soal-soal "nanggung" ("aduh, gue pernah tau rumusnya nih!" atau "hampir ketemu, tapi waktunya kurang ARGH."), tapi lama-lama lelah juga. Itu belum separah progress. Progress itu, seperti namanya, berfungsi untuk /meningkatkan/ kualitas kita dalam mengerjakan soal. Setiap soal digunting dan ditempel di buku akuntansi ukuran folio dan harus dikerjakan semuanya. Berhubung ini adalah soal-soal SBMPTN, /mustahil/ mengerjakan semuanya sendirian. Itulah gunanya guru INTEN. Kita boleh nanya soal, dan tiap mata pelajaran yang berhasil dikerjakan akan membuahkan tanda tangan. Kita dapet kartu progress yang harus ditandatangani, dan untuk bisa mengikuti Try Out selanjutnya, tujuh slot tanda tangan itu harus penuh.
Begitu terus selama enam bulan.


Nih, disemangatin Pak RO. :-)

Bulan Januari, program ini diubah sedikit. Kami mulai dibagikan buku praintensif: isinya soal-soal SBMPTN asli dari tahun-tahun lalu. Selain jadwal Senin-Rabu-Jumat yang sekarang dipakai buat membahas soal-soal itu sama gurunya, sementara Selasa-Kamis-Sabtu diskusi sama temen sekelas. Kebetulan kelas gue dapet meja diskusi di luar, di mana atap garasinya BOLONG. Jadi buku gue kuyup setiap hujan.

Gue pun bernazar, "Tuhan, kalo aku lulus SBMPTN, aku mau bantu perbaiki atap ini..."

Sotoy banget. Padahal gue belom tau mau jadi apa!

Iya, sejak Desember, gue tiba-tiba gamau lagi jadi psikolog. Gamau aja. Kayak dapet hidayah gitu. Gue tiba-tiba sadar gue ga terlalu suka manusia, dan tidak selalu bisa mengatakan hal-hal yang tepat. Satu-satunya alasan gue untuk jadi psikolog pun menipis, sampe gue menetapkan: gue gak jadi ambil psikologi!

Karena itu, tamat sudahlah petualangan gue di IPS yang hanya berlangsung beberapa minggu. Kehilangan tujuan, gue kalang kabut bingung mau jadi apa. Selama seluruh hidup gue, gue selalu punya cita-cita. Pemain bola. Peragawati. Penyelam. Penari balet. Arkeolog. Penulis. Psikolog. Sekarang... apa?

Ya rabbi.


Gue membuat daftar. Gue cari-cari pekerjaan-pekerjaan yang menarik minat gue, akan dibutuhkan sejak 10-15 tahun mendatang, dan kalo bisa, gajinya besar. #manusiawi

Gue muter-muter di google, di youthmanual.com (thanks Nadjes! Ini website membantu banget! Btw kalo ada yang mau tes kepribadian gratis, yuk buka di sini!), laman-laman lowongan kerja. Gue bikin daftar pros and cons gue yang biasa (kalo lo temen-temen deket gue, lo tau deh seberapa seringnya ini terjadi karena gue sangat... indecesive), gue butuh pegangan dan tujuan deh pokoknya! Dari itu semua, gue menetapkan: arsitektur, kriminologi, teknik biomedis, dan teknik lingkungan.

Gue pun mulai mempertimbangkan kuliahnya. Arsitektur---nanti meninggal. Lagian gambar gue juga b aja. Kriminologi... jujur aja nih, baca Agatha Christie aja otak w ga nyampe neh mon maap. Teknik Biomedis... adanya di mana? UI belom buka waktu itu. Pilihan lainnya ada di ITB... tapi masuk fakultas STEI! Gak. Makasih.

Terus teknik lingkungan.

Pada suatu hari Sabtu (gue inget tanggal 9 Januari 2018), gue ketemu Tante gue di acara natal keluarga. Beliau lulusan S1 Arsitektur UI, dan S2 serta S3 Teknik Lingkungan di Monash dan UI. Beliaulah yang pertama kali membuat gue menyeriusi pemikiran gue tentang teknik lingkungan ini. Berhubung dia dan sipil emang sefakultas (kalo di ITB) atau sedepartemen (kalo di UI), gue ga paham juga sih bedanya sama sipil. Gue dikasih tau prospek kerja dan proyek-proyek yang ada. Dari semuanya, yang paling bikin gue pengen justru kata-kata ini.

"Kamu sadar gak sih sebagai manusia kita tuh udah ngerusak lingkungan banget?" tanya tante gue. "Padahal di Alkitab sendiri, jelas-jelas perintahnya adalah memelihara. Kamu bisa ibadah sambil kerja."

Wow! Bener juga. Gue udah melupakan jiwa pecinta lingkungan gue ini. Waktu SD, gue terinspirasi dari Bobo untuk membantu menyelamatkan Bumi kita dari bahaya pemanasan global. Gue mengurangi sampah plastik, gue hemat listrik, gue bahkan nulis surat ke Pak SBY tentang ini (Sotoy 2.0)! Puncaknya adalah saat gue bikin gerakan cinta lingkungan saat lomba mading SMP, dan gue nulis lagu untuk hutan hujan.

Gue pun berintuisi-intuisi sotoy: gue pasti ditakdirkan buat teknik lingkungan!

Kemudian pertanyaan kedua: kampusnya. Jujur aja nih, gue gapernah bener-bener tau kampus lain selain UI ITB dan gue lebih pengen UI! Masalahnya adalah gue nggak boleh ngekos! Sementara kalo gue di ITB, gue tidak akan punya pilihan lain, ya kan?

Di suatu sore yang hujan, gue, Astari, Nandya, dan Reva yang lagi makan di Bu Vesti Barito tiba-tiba ngomongin soal masa depan. About whats gonna happens next in the future. About the meaning of happiness. About purpose. Pokoknya deep banget deh, sambil jilat-jilatin tangan gara-gara kena sambel kacang. Pembicaraan berlanjut ke Reva yang mau punya empire yang isinya !!!SLAVERY!!! dan gue serta Astari pengen menghentikan itu. The moment was intense, and it that moment I swear we were infinite.

Trus gue... gamau pisah sama mereka WKWKWK. Mellow banget nyet.

Inilah Bu Vesti yang berserjarah itu.


Terus gue memutuskan ITB. Segampang itu. Susah sih, tapi cuma gara-gara itu akhirnya gue menetapkan ITB! Gila kali ya. Waktu pendaftaran SNMPTN pun, gue pilih FTSL ITB  s a j a. Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan Institut Teknologi Bandung. Berasa nilai gue setinggi-tinggi awan yakan.

Kemudian hari berlangsung seperti biasa---bedanya kali ini gue punya tujuan! Dengan sotoynya gue menjalani hidup dengan sederhana tanpa berusaha. Pokoknya gue cuma belajar di INTEN deh. Di sekolah nyaris ngga ada apa-apa---kerjaan gue cuma bikin catetan lucu-lucu dan ngecul (re: pacaran). HAHAHAHA aduh w kangen ngecul dgn mudah deh. Ngga ada belajar-belajarnya. Padahal nilai TO gue masih di kisaran 30-40an. Jurusan yang gue mau 50an. Hhhhh. Dasar sotoy.

Kemudian mendekati UN. Lagi-lagi gue dengan sotoy pilih UN fisika. Gapapa. Guru fisika di sekolah pensiun? Gapapa. Ada INTEN dan kelas intensif UN-nya, kok!

Semakin dekat hari-H SBMPTN. KPJ mulai dilaksanakan. KPJ adalah singkatan dari kelas pembagian jurusan (atau semacamnya). Kita diminta menuliskan 6 pilihan kita: dari yang paling kita mau, kemudian "yah gapapa", kemudian "jurusan ini masa ga masuk sih?!?!". (Karena gue sotoy, pilihan gue sampe yang keenam tetep ada di UI, ITB, dan UGM, dong. SOTOOOY). Pilihan ini dipersempit jadi tiga pilihan untuk SBMPTN: disesuaikan dengan keinginan kita dan ortu, serta nilai TO kita.

KPJ gue berlangsung alot. Susaaaah banget nyatuin keinginan gue (ITB dan harus tekling) sama keinginan ortu (harus dekat dan jangan arsitektur). Akhirnya diputuskanlah ketiga pilihan jurusan gue: FTSL ITB tadi, Teknik Sipil UI, Teknik Lingkungan UI. Gila. Nekat. ITB, UI, UI. I didn't want to settle for less. Sinting emang. Tapi keren sih, kesannya ya gue emang cuma mau!!! Teknik Sipil!!! Dan!!! Teknik Lingkungan!!! Uwow!!! Much determination!!! kan ya. Semoga gue menggugah hati panitia SBM.


Jangan lupa ingatkan aku...



Nggak lama setelah KPJ, April datang. Ada masa intensif UN di sekolah. Lalu UN berakhir daaan berakhirlah masa-masa SMAku yang dipenuhi sukaria dan ngecul! Huhuhu. Gue pun pindah sekolah ke INTEN sejak 16 April. Rasanya bulan ini gak selesai-selesai coy. Apalagi tanggal 17, ada pengumuman SNM yang agak gue harapkan. Oke bullshit. SANGAT gue harapkan. Gue dengan sotoynya sejuta kali ngomong soal itu hari terakhir kita INTEN. Yuhu.

Gue pun digeplak malaikat di surga.

Iya, gue ga keterima SNM.

Tapi rasanya... sakit sih, tapi... Tuhan menguatkan gue dengan berbagai cara. Lewat warungsatekamu yang renungannya selalu tepat, lewat kartu-kartu isi ayat yang dihadiahkan dari Rohkris 70, lewat kemudahan yang Tuhan beri selama masa superintensif. MUNGKIIIN karena gue terbiasa meyaudahi hal-hal yang emang udah gabisa gue dapatkan kali ya. Sakit sih, tapi jauh lebih mengganggu masa deg-degannya ini. Dan jujur aja gue suka masa superintensif! Gue bilang ke Kien gue ngga masalah superintensif asak keterima SBM. Yailah.

Gue pun melalui tiga minggu dengan bahagia. Sumpah, sibuk bikin pikiran lo NGGA BAKAL OVERTHINK. Ketakutan itu ada, jujur aja, tapi ya wajar toh? Gabisa diapa-apain. Memang sudah seharusnya anak seumur kita merasakan ini. Yaudah, dinikmati aja.

Selain itu, gue juga diberkati dengaaan diberi kemampuan untuk menikmati dan mengikuti ini dengan lancar. Misalnya hari ini hari Senin, mata pelajarannya Kimia Biologi dan Selasa ada Fisika Bahasa Indonesia. Setiap hari kelas gue harus dateng jam 9 pagi, untuk diskusi soal-soal buku mengenai pelajaran Kimia dan Biologi ang dimulai dari jam 10.45-14.45. Idealnya, kita bisa mengerjakan sebagian besar soal karena sudah didiskusikan, jadi di kelas tinggal nanya yang susah aja. Nanti akan diulang lagi, dilengkapi lagi catatannya. Kemudian diskusi lagi jam 14.45-16.30 untuk pelajaran besoknya, Fisika dan Bahasa Indonesia. Kita juga bisa mengutus orang-orang untuk tambahan.

Setiap hari, kita mengerjakan soal di buku ini, lalu dilanjut dengan kuis yang juga dikerjakan di kelas. Kuis ini materinya mirip sama yang baru dibahas, tapi ngga boleh liat buku. Dari tiap mapel, ada oleh-oleh soal Mandiri---yaitu soal yang sama versi SUSAH BANGET untuk jadi PR. Di rumah, setiap hari, tugas kita adalah mengerjakan soal Mandiri dan mengulang pelajaran tadi. Biasanya gue merapikan catatan aja sih. Ditambah lagi, gue diandalkan buat ngerjain soal untuk pelajaran besoknya supaya bisa ngajarin temen-temen di INTEN! Kita bagi tugas sih. Gue biasanya kedapetan fisika. Kien dan Stella kimia. Reva matematika. Icha biologi. Jadi setelah ngerjain di rumah, jam diskusi besok dipakai buat ngajarin, bukan buat buka soal yang bersih bener-bener dari awal.

Begituuuu terus tiap hari, tentunya diimbangi dengan renungan dan doa dong. Selama tiga minggu. Kadang-kadang dilanjut malemnya, belajar bareng lagi di rumah siapaaaa gitu. Kadang gue belajar sama kelas gue. Kadang di Gancy sama Nesto Kien. Nah di belajar kali ini gue memperdalam apa yang gue BUTA SAMA SEKALI. A.k.a kimia. HadEh.

Setiap hari minggu ada try out, yang langsung hajar lagi sama klinik. Klinik itu bahas soal try out sampe tuntas, berhubung ngga ada waktu buay progress lagi. Puji Tuhan nilai Try Out gue selalu naik, hingga akhirnya gue bertengger di nilai 64.

Kalo ditanya capek apa ngga... dikit sih. Secara fisik. Tapi gue selalu semangat nunggu hari esok! Gue suka makanannya HAHAHAH. Another invention, karena waktu istirahat cuma 30-45 menit, ngga akan sehat dan efektif kalau harus jajan tiap hari. Makanan pun disediakan oleh orang tua murid! Gue bahagia nih kalo gini hehehe.

Karena bener-bener bareng TIAP HARI, kelas kita di INTEN jadi temen-temen berjuang kita yang paling deket dan ruang 14 jadi tempat paling pw. Tiap istirahat, semua orang duduk melingker di lantai, makan dan ngobrol dengan santai. Termasuk ngomongin strategi mengerjakan soal. (Bagi kalian yang belum tahu, SBMPTN 2018 memiliki sistem penilaian yang berbeda, nggak lagi benar +4 salah -1. Tapi, mengenai sebenernya GIMANA, apakah isi semua atau ngga, nggak ada yang tau juga).

Omongan tentang SBM selalu diakhiri dengan doa. Dan ucapan syukur karena kita diberi kesempatan punya temen-temen kayak gini yang mendampingi kita untuk berjuang bareng-bareng!

*AW sounds in the background*

Di hari terakhir masuk INTEN, guru-guru bergilir masuk ke kelas. Tiap guru menguatkan, memberi tips, dan yang terpenting... mendoakan. Anehnya, di hari itu gue nggak takut samsek. Malah excited karena mental state-ku yang paling stabil adalah ketika gue ngerjain soal. Ngga usah mikirin apa-apa, fokus aja sama ini sokap yang dapet presentase gaji paling tinggi dan bola mana yang bergulir lebih jauh.

Sejak hari Sabtu hingga Senin sebelum SBMPTN, gue menghabiskan lebih banyak waktu sama Kien dan Nesto di Shirokuma. Sekarang, tempat unyu nan magical itu dipenuhi kenangan-kenanagan akan lembaran-lembaran soal dan catatan. Gue mantengin parabola sampe ngerti, berharap itu jadi soal susah yang poinnya tinggi. Kita menghafal siklus anabolisme dan katabolisme sedetail-detailnya, sampe gue tahu enzim blablakinase mengubah satu tiga phospogliseraldehid menjadi phospokinase. Kita tanya jawab soal siklus larva yang hidup dalam usus nyamuk (bisa bayangin nyamuk sekecil itu, kita ngafalin siklus plasmodium yang bersarang dalam tubuhnya). Nggak lupa, kita juga bergantian merasa panik setiap lima menit sekali berdoa.

Hari-H SBMPTN gue meninggal. Kayak ya... meninggal aja gitu. Nggak ngerasain apa-apa lagi. Entah gue udah nggak peduli atau ini a for of berserah sepenuh-penuhnya. Pokoknya lakukan yang terbaik aja. Even tho matdas gue cuma bisa delapan? Hajar. TPA ngga sampe empat puluh? Hajar. Biologi yang keluar soal listrik yang mengalir kalau ada gerakan apaan anjeng gue ngga ngerti? Hajar. Anak di belakang gue ngitungnya pake suara kayak anak SD sampe bangkunya gue tendang dari depan? Hajar (ngga, gue ngga hajar anaknya).  Puji Tuhan, hal yang jadi momok gue selama ini a.k.a Kimia, gue ngerjain hampir sepuluh (di INTEN biasanya tiga). Gue ngecek identitas diri seribu kali sebelum dikumpulin, mengawali dan menutup hari itu dengan doa (even tho sambil meninggal).

Yang paling bikin stakstuk adalah pengumuman "jangan kosongkan jawaban!!!11!!!" dari Kemenristekdikti yang beritanya baru keluar... setelah gue selesai ujian. GUOBLO---

Ini tuh kayak Dimas yang suka bilang, "Eh awas jatuh!" waktu orangnya terlanjur jatuh. Sungguh perhitungan yang tepat. Yuhu. Yippie.


Menghitung probabailitas masuk ptn.


Selama dua bulan jeda antara waktu ujian dan pengumuman, gue melakukan segala hal dngan tidak tenang. Ketika masa praintensif, gue menunda hal-hal menyenangkan karena gue gamau *eats cake stressfully*. Padahal sebelum pengumuman, gue pun *eats cake anxiously*. HAdEeh. 

Gue berdoa terus menerus sama Tuhan. Gue nggak begitu paham sih, katanya "dan apa saja yang kamu minta dalam doa dengan penuh kepercayaan, kamu akan menerimanya"? Tapi berserah juga???!! JAdi??? Oposeh??! Tuhan aku bahkan gatau harus doa gimana??

Nadjes bilang, gue berserah aja dan percayakan Tuhan untuk menahkodai hidup kita. Tapi jangan lupa, tetep optimis dan berpegang sama apa yang lo mau. Gue bingung, sebenernya, tapi gue ikutin ajalah. Gue pun meminta semua orang untuk mendoakan gue, termasuk abang gojek.

"Neng, mohon maap cancel sj ya"
"Jangan, Mas, nani saya dapetnya susah lagi"
"Yauda neng sy doain dapet lg"
"Ok, Mas, doain saya lulus sbm ya"
"Ok"

H-1 pengumuman, Nesto ke rumah gue. Kita sama sekali gatau mau ngapain karena: a). Kita puasa, dan b). PANIQ BOS. Nesto menyalurkan rasa paniknya dengan melakukan atraksi-atraksi senam lantai yang mengkhawatirkan, gue diam. Nesto gabut dan manggil jailangkung, gue diam (gue actually menjerit, tapi bukan karena panik). Nesto merengek minta es kepal, gue diam(kan). (Bacot anjir). Bukan gara-gara gue nggak panik, tapi gue udah panik seluruh hidup gue. Saat gue layak untuk PANIK BENERAN, panik gue melebihi batas sampe gue menderita suatu kerusakan emosional.

Kemudian, hari-H pengumuman SBMPTN.

Masih puasa, gue bangun pagi-pagi. Bukannya takut, gue malah excited. Excited tentang semua penantian ini akan berakhir dan akhirnya gue bisa... mendapatkan hasilnya. Apapun itu. Gue berangkat jam setengah sepuluh untuk Try Out INTEN L A G I. Tante gue misuh-misuh, "ngapain sih orang udah keterima?!"

Buset. Tenang dong. 1). Gue ngerjain TO cuma buat menenangkan pikiran aja kok. Setidaknya, yang gue pikirin funsi parabola, bukan masa depan. 2). GUE BELUM KETERIMAAAA.

:-)

Nesto menjemput gue dan kita berangkat ke Pets Kingdom, Alsut. Sedikit saran, HINDARI DISETIRI ORANG YANG LAGI PANIK AKUT. Saat itu, gue lebih panik akan keselamatan nyawa gue dibanding SBMPTN karena NYETIRNYA NESTO BAHAYA BANGET, BOI.

Sampe di Pets Kingdom, kita bete karena cuma ada dua kura-kura setinggi lutut di halaman, ngunyah-ngunyah rumput dengan pandangan damai. Ngga ada anjingnya :-( Kita masuk ke petshop hanya untuk mendapati bahwa... pengumuman SBMPTN dimajuin dua jam.

Gue meringis.

Gue dapet infokalo ada beberapa orang yang bisa akses pengumumannya sebelum jam dua. Puji Tuhan dia keterima, sih. 

Daripada bengong ngeliatin kura-kura, gue dan Nesto memutuskan untuk pergi ke Mall @ Alam Sutera. Cuma pindah tempat meninggal aja sih. Waktu berjalan lama banget dan batere gue tinggal dua puluh persen. Ketika gue mulai bersyukur waktu berjalan lambat, tiba-tiba UDAH JAM TIGA.

Meninggal. Meninggal kuadrat. (Atau "hamil bau bau meninggal hamil akh!" kalo kata Arthur).

Gue sama Nesto berdoa. Bukan lagi doain hasil, lebih ke... lapangkanlah hati kami papaun hasilnya. Apapun. Mengingat jujur aja kemungkinannya kecil. Dari 860.000 peserta, yang keterima mungkin 150.000 orang? And we aimed too high, I think. Pilihan ketiga gue masih UI, dan bahkan pilihan ketiga Nesto ITB. Mustahil kalo bukan karena Tuhan.

Ketika kita sama-sama udah siap buat buka laman pengumuman, lamannya crash, dong, Saudara. Kita pindah tempat dari bangku XXI ke bangku depan Samsung. Trus sinyal gue ilang total.

Saat sinyal gue ada lagi, gue nelepon Reva. Nggak diangkat, lagi-_-. Tau-tau "congrats Jem".

^aku yang mencerna informasi dengan lamban.


CONGRATS??!? CONGRATS APAAN?!?!? Gue inget pas pengumuman SNM, gue nelepon dia juga nggak diangkat dan cuma di-"congrats jem"-in doang. ADUH. APA INI MAKSUDNYA.

Keluar dari chat room itu, grup ITA 5160 heboh bat. Ada banyak banget "congrats jemiii!!" dan gue bahkan gatau gue masuk mana! But at least, ketaktan terbesar gue udah lewat. Gue mengucap syukur dan nge-scroll ke atas. Ternyata ada screenshot dari Nafisa.

PUJI TUHAAAAN

Kemudian gue menangis.

Nangis sesenggukan heboh, dan gue sadar selama semenit pertama itu bukan tangisan syukur sama sekali! SOTOOOY. Manusia masuk Teknik Sipil UI malah nangis.

Bye kampus gajah.

Setelah dua menit heboh, gue baru sadar kalo GUE LULUS SBMPTN COY. PUJI TUHAAAN. Tuhan mau gue bersinar di Universitas Indonesia, ternyata. He has been so good and He always is.

Meskipun, yah, Nesto juga mellow sih. Doi juga nangis karena keterima FK Unpad (dia maunya FKUI). Iya, kita kurang ajar banget ya? Semoga di kemudian hari kita bisa belajar bersyukur lebih lagi.

Rasa senang gue gugur setengahnya begitu mengetahui bahwa teman-teman gue banyak yang belum diizinkan Tuhan untuk mendapatkan anugerah kayak gue. Gue ngga tau harus bilang apa, apapun yang gue katakan pasti terdengar bullshit ngga sih? Gue cuma bisa berdoa dan berharap untuk mereka.

Kalau kata Nadjes, "Mungkin yang lain bakal nyusul di SIMAK atau mandiri lainnya. Semoga mereka yang sedang diuji kesetiannya sekarang dapat tetap setia. Semoga mereka yang diuji kesabarannya dapat tetap sabar. Semoga mereka yang belum mendapatkan apa yang terbaik versi mereka bisa menerima, karena versi-Nya selalu lebih baik. Dan saat ini... semoga mereka baik-baik saja."

Dan gue bener-bener berharap kalian baik-baik saja. Kalian tahu bayi penyu? Widya dan Dinda selalu menganalogikan gue sebagai bayi penyu. "Jemi tuh kayak ringkih dan mudah goyah diterpa ombak pantai, but she finally made it." Dan gue amat sangat ingin menganalogikan kalian sebagai bayi penyu lain. Yang sekarang diterpa ombak dan terpaksa kembali ke pantai, tapi pada akhirnya berhasil juga. 

Semua hal bisa dilalui...

Asal tetap tawakal!

Atau analogi lain. Bayi elang, kalau mau lebih keren. Pada saat belajar terbang, induk elang menjatuhkan mereka dari atas tebing supaya mereka tahu rasanya jatuh. Sebelum benar-benar celaka, induk elang pasti menyelamatkan. Tangan Tuhan seperti induk elang, kan? Tuhan tidak akan membiarkan anak-anak-Nya terjatuh.

"Apabila ia jatuh, tak sampai tergeletak. S'bab Tuhan menopang tangannya~"

Cheers,
Jemi!<3

Comments

  1. Seru.... jadi berasa kayak dulu pas mau UMPTN (namanya waktu itu setelah berganti dari SIPENMARU).

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular Posts