Bukan Waktu yang Tepat untuk Menulis: Tapi Saya Butuh
(Disclaimer: NJIJIKI TENAN siapkan kantong muntah. Kayak curhatan anak SMP. Maaf)
Sepertinya Bukan Waktu yang Tepat untuk Menulis akan jadi suatu seri baru dalam blog yang diupdate setiap Saturnus dan Jupiter beraliansi ini (alias JARANG BANGET BROK) karena kalau aku punya waktu luang dengan kondisi segar seperti ini seharusnya aku mengerjakan laporan atau belajar kuis atau belajar UAS atau mengerjakan tubes atau membedah materi atau mengerjakan makalah atau menggambar konstruksi dan hal-hal kesipilan lainnya.
Ini jam 2 pagi. Tanggal 10 Desember 2019, alias seminggu sebelum UAS, sebulan sebelm ke-hectic-an CENS dan gue.... GALAU?!?!?
Tolong tampar gue.
Ketabrak mobil aja gue bakal bangun lagi terus lanjut nugas. Ini bisa-bisanya punya kelas jam 8 pagi dengan deadline 3 laporan praktikum dan tubes dan 2 Tes Akhir di suatu minggu dengan kondisi minggu depan UAS dan gue... GALAU?!?!? (2)
Tolong bunuh gue.
Iya, setelah berbulan-bulan gue nggak galau, nggak nangisin cowok, dan gue yakin betul sudah move on 300% darimantan-aku-yang-semoga-doing-good-di-manapun-kamu-berada-sumpah-no-hard-feelings-tapi-jangan-mute-gue-anj, sekarang gue galau lagi. Galauin manusia yang berbeda. Fak. Gue gak percaya gue nulis ini, dini hari, dalam kondisi kepala sakit tapi hati kosong karena ya belum seserius itu juga sih buat jadi sedih.
Tapi fak aja.
Intinya, selama dua bulan belakangan, gue lagi suka sama suatu makhluk astral paling sotoy se-IKM FTUI. We've been friend for a long time, tapi tiba-tiba he appeared on my dream, lalu gue jadi memikirkan kemungkinan gue sama dia, and realized he has so many of my lists checked, lalu... begitu saja. Banyak kebetulan.
Kebetulan banyak okasi yang membiarkan gue dan dia banyak berinteraksi, kebetulan juga dia pintar dan baik hati, dan takut akan Tuhan, dan tidak merokok, dan kebetulan kita punya semacam visi yang bersesuaian, kebetulan kolom likes dia adalah semua hal yang gue suka alias meme dan kucing dan anjing dan kecauran dunia dan inovasi berteknologi tinggi, kebetulan juga dia sering rangkul gue, terus ngelus kepala, terus nyemangatin, terus ngelus punggung, terus nanya-nanya... terus ngetweet kode no-mention... terus flirty-flirty dikit di chat, terus---
Ya intinya gitu. Kebetulan ajayang sebenernya didoakan dan diharapkan sih hehe. Tapi kok seru ngebayanginnya, kayak... wow my life would be such an amazing adventure to living in with him! Sumpah, manusia ini tolol banget daily sampe hidup lo bakal seru abis. Istilahnya tolol secara konsisten. Jadi gue emang cukup sering ngebayangin future-tolol-ocassion caused by keanehan dia, di mana sebagian besar terjadi karena TUHANKU INI LHO MENGIYAKAN DOAKU LALU TIBA-TIBA DIA PUNYA CEWEK.
Bete.
Maksudnya... ini pengalaman baru aja sih. Seumur-umur gue nggak pernah di-PHP-in, apalagi di-ghosting. Gapernah tuh dalam kamus gue, gue dikasih harapan lalu baper lalu ditinggal. It's always me being a very observant person mengamati dan menghargai hal-hal kecil dari orang yang pernah gue suka, karena dia secara individu, bukan karena apa yang dia lakukan ke gue.
Dan gue yakin bener kok gue suka sama dia karena semua kualitas dia sebagai manusia. Cara dia mencintai Tuhannya (ya Tuhan w juga sih), cara dia berpikir, bermimpi, memiliki target, dan memandang hidup sebagai sesuatu yang lucu, that is what got me.(Oh dan kebetulan juga dia ganteng hehe). Apa yang dia lakukan ke gue, apapun itu dan semisal meskipun hanya ke gue, cuma faktor pendukung. Apa yang digosipkan teman-teman seorganisasiku apalagi.
Serius,
Dan hari ini, nggak sampe 1 jam yang lalu, waktu gue mendapati sosial medianya yang selama ini bersih dari urusan wanita dan hubungan romantis ngegalauin cewek, gue siyok dikit. Belum sedih sih, tapi all the romantic fantasies I've been having.... damn. I don't wanna lose that.
Tapi kenapa rasanya gini, ya? Ekuivalen nggak sih sama sedih di-PHP-in? Sumpah bingung. Dan bete juga karena legit TIAP MALEM anjrit w doain dia, minta ke Tuhan kalau dia emang akan jadi bagian dari pertumbuhan dan pendeasaan gue, tolong dijadikanlah. Dan selama beberapa minggu ini tuh BENERAN DIDEKETIN GITU.
Mungkin dia emang super-friendly atau pesan gue error dikit di jalan menuju surga atau emang temen-temen gue bener dan gue bukan geer tapi MANUSIA INI BENERAN HM HM gimana ya udah ah ngerti gaksh??!?! Kayak, gue bisa nulis berparagraf-paragraf tentang semua kebaikan dia dan diskusi serius kita dan semua tatapan dari jauh dan interaksi dan hal-hal lainnya yang keep my romantic fantasies going, lalu tiba-tiba... poof! ILANG?
Ternyata betulan terjadi plot twist ya di hidup ini. Sialan.
Dan sekarang gue bingung harus ngerasa apa karena gue... sedih sih, tapi dikit banget dan akan ada banyak interaksi di masa mendatang jadi YA MANA BISA SEDIH?
Plus bingung juga harus doain apa... kalau dia beneran punya cewek, ya segalau-galaunya dan serentan-rentannya hubungannya, nggak etis lah ya buat gue untuk doain dia. Jangan mengingini milik sesamamu, kata Tuhanku. Dan siapapun cewek ini, kalau manusia ini udah punya dia, gue bisa apa?
Tapi di sisi lain, manusia kayak gini... cari di mana lagi? Masa nyerah gitu aja? Kalo nggak nyerah, harus doainnya apa? Doa minta didekatkan beneran didekatkan, masalahnya. Doa minta dijauhkan belum rela. Apa doa belajar rela aja? Tapi 2019 ini udah cukup fak dengan belajar merelakan mantan-aku-yang-sumpah-udah-move-on-tapi-jangan-mute-gue-anj, dan boleh lah belajar merelakannya istirahat dulu. Capek. For once I want the person I've been seeing being mine gitu lho apa tidak capek sakit hati terus sepanjang 2019.
Atau ini jawaban Tuhan dari jauhkanlah-bila-dia-hanya-akan-menghambat-pendewasaanku-oh-Tuhan? Atau Tuhan cuma menyelamatkan gue dari sakit hati yang lebih hebat di masa depan? Tapi kalo iya, kenapa doa minta didekatkan selama ini dikabulkan?
Nggak tau. Ternyata pelajaran "Percaya" edisi 2019 belum selesai. Yuk bisa yuk.
Sepertinya Bukan Waktu yang Tepat untuk Menulis akan jadi suatu seri baru dalam blog yang diupdate setiap Saturnus dan Jupiter beraliansi ini (alias JARANG BANGET BROK) karena kalau aku punya waktu luang dengan kondisi segar seperti ini seharusnya aku mengerjakan laporan atau belajar kuis atau belajar UAS atau mengerjakan tubes atau membedah materi atau mengerjakan makalah atau menggambar konstruksi dan hal-hal kesipilan lainnya.
![]() |
Maksudnya kayak gini lho, fenomena astronomis yang kayak cuma terjadi 300 tahun sekali atau apa. |
Ini jam 2 pagi. Tanggal 10 Desember 2019, alias seminggu sebelum UAS, sebulan sebelm ke-hectic-an CENS dan gue.... GALAU?!?!?
Tolong tampar gue.
Ketabrak mobil aja gue bakal bangun lagi terus lanjut nugas. Ini bisa-bisanya punya kelas jam 8 pagi dengan deadline 3 laporan praktikum dan tubes dan 2 Tes Akhir di suatu minggu dengan kondisi minggu depan UAS dan gue... GALAU?!?!? (2)
Tolong bunuh gue.
Iya, setelah berbulan-bulan gue nggak galau, nggak nangisin cowok, dan gue yakin betul sudah move on 300% dari
Tapi fak aja.
Intinya, selama dua bulan belakangan, gue lagi suka sama suatu makhluk astral paling sotoy se-IKM FTUI. We've been friend for a long time, tapi tiba-tiba he appeared on my dream, lalu gue jadi memikirkan kemungkinan gue sama dia, and realized he has so many of my lists checked, lalu... begitu saja. Banyak kebetulan.
Kebetulan banyak okasi yang membiarkan gue dan dia banyak berinteraksi, kebetulan juga dia pintar dan baik hati, dan takut akan Tuhan, dan tidak merokok, dan kebetulan kita punya semacam visi yang bersesuaian, kebetulan kolom likes dia adalah semua hal yang gue suka alias meme dan kucing dan anjing dan kecauran dunia dan inovasi berteknologi tinggi, kebetulan juga dia sering rangkul gue, terus ngelus kepala, terus nyemangatin, terus ngelus punggung, terus nanya-nanya... terus ngetweet kode no-mention... terus flirty-flirty dikit di chat, terus---
![]() |
Oke kita stop di sini sebelum terjadi kemuntahan massal. |
Ya intinya gitu. Kebetulan aja
Bete.
Maksudnya... ini pengalaman baru aja sih. Seumur-umur gue nggak pernah di-PHP-in, apalagi di-ghosting. Gapernah tuh dalam kamus gue, gue dikasih harapan lalu baper lalu ditinggal. It's always me being a very observant person mengamati dan menghargai hal-hal kecil dari orang yang pernah gue suka, karena dia secara individu, bukan karena apa yang dia lakukan ke gue.
Dan gue yakin bener kok gue suka sama dia karena semua kualitas dia sebagai manusia. Cara dia mencintai Tuhannya (ya Tuhan w juga sih), cara dia berpikir, bermimpi, memiliki target, dan memandang hidup sebagai sesuatu yang lucu, that is what got me.
Dan hari ini, nggak sampe 1 jam yang lalu, waktu gue mendapati sosial medianya yang selama ini bersih dari urusan wanita dan hubungan romantis ngegalauin cewek, gue siyok dikit. Belum sedih sih, tapi all the romantic fantasies I've been having.... damn. I don't wanna lose that.
Tapi kenapa rasanya gini, ya? Ekuivalen nggak sih sama sedih di-PHP-in? Sumpah bingung. Dan bete juga karena legit TIAP MALEM anjrit w doain dia, minta ke Tuhan kalau dia emang akan jadi bagian dari pertumbuhan dan pendeasaan gue, tolong dijadikanlah. Dan selama beberapa minggu ini tuh BENERAN DIDEKETIN GITU.
Mungkin dia emang super-friendly atau pesan gue error dikit di jalan menuju surga atau emang temen-temen gue bener dan gue bukan geer tapi MANUSIA INI BENERAN HM HM gimana ya udah ah ngerti gaksh??!?! Kayak, gue bisa nulis berparagraf-paragraf tentang semua kebaikan dia dan diskusi serius kita dan semua tatapan dari jauh dan interaksi dan hal-hal lainnya yang keep my romantic fantasies going, lalu tiba-tiba... poof! ILANG?
Ternyata betulan terjadi plot twist ya di hidup ini. Sialan.
Dan sekarang gue bingung harus ngerasa apa karena gue... sedih sih, tapi dikit banget dan akan ada banyak interaksi di masa mendatang jadi YA MANA BISA SEDIH?
Plus bingung juga harus doain apa... kalau dia beneran punya cewek, ya segalau-galaunya dan serentan-rentannya hubungannya, nggak etis lah ya buat gue untuk doain dia. Jangan mengingini milik sesamamu, kata Tuhanku. Dan siapapun cewek ini, kalau manusia ini udah punya dia, gue bisa apa?
Tapi di sisi lain, manusia kayak gini... cari di mana lagi? Masa nyerah gitu aja? Kalo nggak nyerah, harus doainnya apa? Doa minta didekatkan beneran didekatkan, masalahnya. Doa minta dijauhkan belum rela. Apa doa belajar rela aja? Tapi 2019 ini udah cukup fak dengan belajar merelakan mantan-aku-yang-sumpah-udah-move-on-tapi-jangan-mute-gue-anj, dan boleh lah belajar merelakannya istirahat dulu. Capek. For once I want the person I've been seeing being mine gitu lho apa tidak capek sakit hati terus sepanjang 2019.
Atau ini jawaban Tuhan dari jauhkanlah-bila-dia-hanya-akan-menghambat-pendewasaanku-oh-Tuhan? Atau Tuhan cuma menyelamatkan gue dari sakit hati yang lebih hebat di masa depan? Tapi kalo iya, kenapa doa minta didekatkan selama ini dikabulkan?
Nggak tau. Ternyata pelajaran "Percaya" edisi 2019 belum selesai. Yuk bisa yuk.
Comments
Post a Comment