Bukan Waktu yang Tepat untuk Menulis: Sekarang Waktunya Baca!
GUE MAU MULAI BACA SERIES BARU!!!
![]() |
Aku dan antusiasmeku memulai hal sederhana. |
![]() |
Warganet tanpa trauma dan sakit hati yang bingung kenapa hal sekecil ini harus dirayakan dan mulai mengkhawatirkan kewarasan penulis. |
Tapi beneran, lho. I used to be a huge book freak, dari TK sampe SMP. Gue emang bisa baca buku di umur yang cukup muda, sekitar empat tahun, karena gue dibacain dongeng sebelum tidur dari kecil. Sejak saat itu, gue melahap banyak banget buku. Gue yakin jumlahnya udah ratusan, dan kalau dihitung berapa kali gue baca buku, as in buku-buku yang gue ulang juga diitung, mungkin udah mencapai angka seribu.
Dalam sehari, gue bisa menamatkan satu buku dengan ketebalan medium, 300-400 halaman, kira-kira. Buku-buku sederhana kayak buku Enid Blyton bisa dua atau tiga sehari. Kebiasaan ini bukan hal yang mahal, karena di rumah gue ada perpustakaan punya tante gue.
Seluruh rumah gue gila buku. Kalau kalian main, akan ada buku-buku setengah di baca di mana-mana. Di meja rias deket kamar mandi, di meja ruang TV, di kamar Papa, di sebelah alat-alat musik, bahkan di dapur... semua punya anggota keluarga berbeda yang akan melanjutkan bacaannya setiap kegiatan primer mereka selesai.
Buku-buku yang gue baca pun seberagam itu. Dari buku-buku anak-anak ala Enid Blyton, atau The Little Prince, atau Lemony Snicket, atau buku-buku detektif seperti Agatha Christie, John Grisham, dan lain-lain, metropop-metropop lucu ala Sophie Kinesella dan Sidney Sheldon, buku-buku berat ala Dan Brown dan Haruki Murakami, buku-buku Indonesia seperti Dee Lestari dan Andrea Hirata, berbagai jenis Teenlit, KKPK, bahkan komik-komik Prancis (one thing, seluruh rumah gue ngga ada yang baca Manga. Komik kita komik-komik Prancis).
Dan itu... adalah yang membentuk gue jadi gue yang sekarang. Setiap buku punya caranya, setiap kisah punya porsinya.
![]() |
Heem. Yeah, anjay, |
Tapi, yang paling parah adalah setelah patah-hati-paling-anjing-di-semester-dua, sih. Gue bener-bener mogok baca buku. Gue masih baca artikel, atau majalah-majalah dan cerpen-cerpen ringan, tapi gue nggak mau baca buku. SAMA SEKALI. Mungkin karena di setiap buku pasti ada kisah cintanya, atau ada bagian sedihnya, dan gue lagi nggak mau berhadapan dengan mereka pada saat itu.
Keterusan, deh, sampe semester tiga. Gue nggak baca buku baru SAMA SEKALI! Gue cuma baca ulang buku-buku yang gue bawa ke kos. Sebagian karena nggak punya waktu, sebagian lagi karena merasa belum punya kesiapan untuk emotional attachment lainnya. Gue ternyata punya fear of commitment tapi untuk kisah baru. Hayolo. Untung ngga terjadi pada manusia.
Lebay, nggak sih?
Serius, gue bener-bener baca hampir setiap buku dengan... apa, ya, totalitas, mungkin? Jadi, setiap gue baca buku baru, itu kayak menanam bibit tumbuhan baru di kebun gue. Sesuatu yang lain, yang beda, yang harus gue rawat dan kembangkan, dan itu butuh effort. Serta perasaan. Hadeh.
Kemudian ketika CENS mulai, gue punya sangat banyak hal berseliweran di kepala gue. Gue nggak sanggup nambahin sesuatu yang baru. Too many tabs open! Jadinya, yang gue banyak lakukan adalah... menulis.
Tahun 20202 dan segala kutukannya membuat gue lebih produktif menulis. Seumur hidup, mana pernah gue memproduksi segitu banyak tulisan tanpa baca buku apapun sama sekali? Entah karena sangat banyak hal yang terjadi, atau karena kita harus #diRumahAja, atau karena gue beresolusi untuk belajar memproses apa yang gue rasakan (dengan... well, nulis).
Atau karena gue lagi jatuh cinta.
![]() |
Oke oke sori kalo geli. Jangan close dulu! |
Intinya, gue mengeluarkan sangaaaat banyak hal. Di blog, di twitter, di instastory, dan gue nggak memasukkan apa-apa.
Terus hari ini, gue mau mulai series baru lagi! Sebuah tetralogi karangan Lian Hearn tentang Jepang zaman kerajaan gitu. Oke, mungkin bagi pembaca ini no big deal, tapi bagi gue yang udah lari begitu lama dari dunia buku karena takut sama emotional attachment-nya, ini berarti gue kembali siap mengeksplor seusatu, belajar sesuatu, menghidupi sesuatu.
Berarti gue "yang lam" sudah kembali, gue mau belajar lagi, gue mau berinvestasi merawat satu pot bunga lagi.
Semakin dekat dengan sembuh total.
Wish me luck!
Comments
Post a Comment