Akhirnya Waktu yang Tepat Untuk Menulis: Insekuritas, Streak, dan Support System

Trigger Warning: self-harm, suicide.

Hai.

udah lama ya nggak nulis di sini. How have you been doing?


Kalian yang pake snapchat atau belajar bahasa pake duolingo, pasti paham sama istilah streak lah ya. Streak ini semacam "penghargaan harian" yang lo dapet kalo lo secara konsisten melakukan sesuatu, kayak ngirim gambar ke orang yang sama setiap hari di snapchat atau kalau dalam kasus duolingo, buka aplikasi itu dan belajar satu "bab" setiap harinya.

Sebagai manusia mageran, gue tau hal yang paling susah adalah mulai, jadi ketika gue sedang membiasakan diri melakukan sesuatu, gue berusaha konsisten melakukannya, karena kalo udah berhenti, mau mulai laginya tuh susaaaah banget.

Hal inipun gue terapkan dalam melihat banyak hal, termasuk, emotional stability, cara pandang terhadap diri sendiri, dan lain-lain

Alias, misal gue merasa "senang" atau "stabil" (nggak lagi dalam mood depresi dan ingin mati), gue akan menghitung hari-hari tersebut. Mirip kayak "one year clean!", gerakan menghitung hari sejak terakhir kali kita melakukan selfharm. Gue pun begitu, bahkan untuk kasus-kasus sepele kayak, "wah, udah setahun nggak insecure. Wah, udah empat bulan ngga sedih."

Yang bisa jadi baik, untuk memotivasi untuk konsisten, tapi bisa jadi buruk, karena gue bisa aja lupa kalau kesembuhan adalah proses naik turun. Di mana nggak papa bagi kita untuk kadang-kadang turun, dan bahwa kita nggak perlu mempertahankan streak merasa senang setiap hari.

Hal yang gue sadari, sejak gue #dirumahaja selama empat bulan ini, banyak hal yang udah gue bangun pelan-pelan mulai runtuh.



Misalnya, gue jadi lebih unstable dan gampang sedih di awal-awal karantina. Untuk kasus ini, gue merasa ini terjadi karena gue nggak ketemu temen-temen gue setiap hari (im not a family person at all), nggak ada ketawa-ketawa, nggak ada distraksi, dan lain-lain. Masalah-masalah "sepele" yang selama ini gue taro di belakang kepala gue karena gue selalu punya hal yang lebih penting mulai keluar lagi. It was awful.

Yang kedua, masalah insecurity.

Kalian yang kenal gue di SMA atau kuliah kayaknya sadar kalo gue jaraaang sekali mengeluhkan masalah fisik. Gue emang sering merasa kurang masalah prestasi dan lain sebagainya, tapi kalo masalah fisik, gue bisa bilang gue udah berdamai sama itu. Kalau gue lagi selfie terus merasa jelek, gue akan "yaudahlah *shrugs*" instead of panik sendiri lalu jadi gloomy. Gue sudah menerima kalo gue bisa jelek sekali waktu, dan itu... nggak pa-pa. Gue juga bisa mengagumi orang-orang cantik tanpa perlu mikir "andai aku jadi dia :-(" karena gue cantik juga kok. I love what I look like and no one could tell me otherwise.
 
Tapi bagi kalian yang belum tau, I grew up thinking I was ugly. Yang adalah.... benar. Hampir benar, lebih tepatnya. Pas SMP gue emang agak jelek, tapi gue nggak sejelek yang gue pikirkan (ini pendapat pribadi). Kalau gue bisa mengulang ke masa akhir SD dan masa seluruh SMP, gue cuma berharap gue nggak akan terlalu mempermasalahkan itu.

Apparently, permasalahan utamanya ada di nyokap gue.

Dari kecil, setiap nyokap dan bokap pulang kerja, bokap gue akan menyapa dengan "halooo cantiiik :D", sementara nyokap gue akan ngedumel "ih, jangan dibilang cantik teruslah, ntar sombong lho," atau "ih, jangan dibilang cantik teruslah, nanti kalau dia dibilang jelek sama orang lain langsung nge-down". Setiap hari. Kayaknya maksudnya bercanda, deh. Atau, ya dia sendiri insecure sama dirinya sehingga memproyeksikan itu ke anaknya yang MASIH TK. Apapun motifnya, itu tertanam ke diri gue lumayan lama kalau gue cuma catik bagi bokap, karena ya gue anaknya, dan lain-lain.

Untungnya, semasa SMA, I kinda grew out of it. Pelan-pelan. Mungkin karena gue juga udah ganti model kacamata dan lepas behel, rambut udah lebih bagus, dll, kali ya, sehingga kadang-kadang gue suka kaget sendiri kalau ada yang muji gue. Gue masih inget beberapa, tbh, (so keep in mind that your words may linger in someone's mind longer that you expected). 

Misal, gue overheard Bulan yang bilang gue cantik and how she wished she was me, and how Ima agreed to that (thank you! I lowkey wished I was you too when we were utas, but I'm glad both of us finally accept ourselves as we are). Atau Fatih yang tiba-tiba debat sama Athiyyah, "Thi, Jemi cantik ya...", "Lho, kan gue udah bilang dari kemaren!" (aww, you guys made my day!). Apalagi waktu kuliah, karena semakin banyak yang begitu, gue yang awalnya masih menggantungkan diri ke pujian orang mulai bisa melakukan itu ke diri sendiri. 

Namun, permasalahan "selalu melihat sisi negatif" nyokap gue ini nggak cuma tentang lookbtw. Hal yang gue baru sadar adalah, setiap dia pulang kantor, pasti hal pertama yang dia ucapin tuh mess yang ada di situ ("udah seharian kok ini masih berantakan?" "tuh liat, meja kamu...", "hari ini ngapain aja sih, kok lemarinya masih ...?", atau "kok nggak seratus?" kalau liat nilai ulangan gue 95).

Kalian tau teori ini nggak, you are more likely to see things that you are aware of? Misal, lo lagi nyari mobil warna merah, pasti sepanjang jalan lo ngeliat mobil warna merah di mana-mana. 

Ini juga. Lama-kelamaan, gue selalu nyari kesalahan-kesalahan itu pertama kali untuk keadaan-keadaan di sekeliling gue, ke diri gue sendiri, terlebih ke apa yang gue lakukan. Ini membentuk gue jadi pribadi yang perfeksionis (lumayan ekstrem sampe kadang gue lebih memilih untuk tidak melakukan suatu hal sama sekali daripada salah dikiiiit aja). Gue juga semakin kompetitif, sampe nggak sehat banget. Gue merasa kalah setiap temen gue punya keberhasilan baru, gue jarang sekali merasa truly happy for what people around me has achieved (ini kayaknya karena jarang ada orang yang bisa genuinely happy for what I achieved, jadi gue nggak tau gimana rasanya atau cara melakukannya).

tidak heran lagi bukan.

Selama gue jauh dari rumah (gue ngekos selama kuliah, btw), hal ini lagi gue usahakan untuk gue kikis sedikit demi sedikit. Mistakes make us human, ya kan? Gue selalu berusaha mengingatkan diri gue bahwa, it's okay, everyone has their different paces. It's okay, being 20 doesn't mean your life would end very soon. It's okay to be not okay.

Kadang, hal ini susah banget dilakukan, tapi untungnya I have supportive people around me! Gue akan nge-list sebagian dari orang-orang di dunia perkuliahan yang selalu bisa membuat gue merasa cukup.

1. Rachelya Ollivya.
Meskipun gue suka sebel karena dia insecure-an banget, dia selalu bisa ngeliat sisi terbaik dari semua orang. Bagi dia, semua orang punya tingkat kekerenan sendiri sendiri. Sampe ada yang bilang, "kalo lo lagi nggak pede, ke Rachel aja, pasti ntar lo dibilang keren". 

Rachel bisa berteman sama semua orang, dan sama sekali nggak milih-milih temen. Her ability to befriend everyone surprises me. Hanya saja, gue berharap dia bisa memproyeksikan "lo keren!" ke dirinya sendiri, to see the best version of herself as she does to others.

2. Alnila Syalwaa
Ila adalah manusia paling angelic sedunia. Dia pendengar yang baik (tapi juga pencerita yang sangat seru). Dia bikin semua cerita lo jadi wow, semua perasaan lo jadi valid, dan bahwa lo orang paling berharga sedunia. 

Momen yang paling gue inget adalah gue baru beli iket rambut dengan hiasan telor ceplok, terus gue bisa dengan antusias dateng ke Ila, lalu, "Ila! Look I bought iket rambut ini!" and she would go all :D :D when you tell her the whole story. Cerita nggak penting, lho, iket rambut telor hasil flash sale Shoppe, tapi karena she is a truly empath, dia bikin lo merasa, oh ada yang ngerti gue! Oh ada yang paham kenapa cerita gue bikin gue sesedih ini atau seseneng ini! I hope life does her good, as good as she has been to people. 

3. Kevin Yoseph.
Kevin bisa mengapresiasi lo bukan karena yang lo lakukan, tapi karena lo ya.... lo. Gue inger ketika gue baru selesain UAS Kimia Dasar, Statika, dan Mekanika Fluida di hari yang sama di mana gue demam tinggi, dia dateng dan mem-pukpuk gue, "terima kasih ya sudah bertahan melewati hari ini! :D", mungkin dia ga inget tapi gue pengen nangis saking terharunya waktu itu

Dia sendiri sering insecure dan merasa kurang, tapi dia memproyeksikannya dengan mengapresiasi gue di saat-saat paling tepat. Dia juga ngajarin gue kalau gue gak perlu menyamakan diri sama standard orang lain. Gue sampe nge-pin chat dia yang bilang, "di masa pandemi, yang penting kita cukup makan dan cukup istirahat, jemiii" karena gue memaksakan diri gara-gara insecure karena merasa nggak produktif. I really hope he can see himself the way I see him!


Setelah dua tahun streak merasa cukup dan siap berkembang, kata-kata semacam, "kamu keren", "kamu udah melakukan yang terbaik", "salut sama kamu", dan lain-lain dari mereka terasa luntur karena gue setiap hari denger nyokap gue ngomong hal-hal yang masih sama, sayangnya๐Ÿ˜”. Sulit untuk inget kata-kata dari orang-roang baik, kalau yang lo hadapi 24/7 adalah sumber racunnya. Gue kembali merasa kurang. Kembali merasa nggak berguna, kurang banyak melakukan hal-hal, nggak sempurna, dan lain-lain. Gue kehilangan streak gue.

๐Ÿ‘Ž๐Ÿ‘Ž๐Ÿ‘Ž๐Ÿ‘Ž

Intinya, terima kaish bagi orang-orang di atas serta orang-orang lain yang nggak gue sebut namanya, I owe you my years of loving myself. Maaf karena ternyata masih jauh lebih mudah menjadi kritikus diri sendiri, tapi gue harap kalian bisa mempertahankan streak kalian, dan kalau misalnya hilang pun, gue harap gue bisa bantu sebagaimana kalian bantu gue selama ini. Semoga pandemi segera selesai, dan semoga waktu kita ketemu, kita sama-sama bisa hidup menurut standar kita sendiri.

Bagi kalian yang tinggal di toxic household juga, gue harap kalian tau caranya bertahan. Cari orang yang mau nemenin dan mendukung, meski sama kayak gue, mungkin kalian juga harus mulai belajar supaya bisa menjadi that supportive someone untuk diri sendiri. Jangan lupa istirahat dan makan yang cukup! :D

Comments

  1. Hai, salam kenal. Namaku Nur. Panggil saja begitu, oh ya. Maaf, aku baru lho buat blog. Kukira, aku bisa sedikit belajar tentang blog dan kita belajar bersama. Thanks for attention. If you have a interest, please contact me in email. :')

    ReplyDelete
  2. Hi! Salam kenal, pleased to meet u. Saya Nur. Panggil aja gitu. Saya baru di blogger. Saya kira, dapat untuk belajar bersama. Thanks for attention.

    ReplyDelete
  3. Bisa juga kunjungi blog saya di mencatatnurang.blogspot.com thanks.

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular Posts