Kebelet Aud (dan Sekelumit Pikiran)

Teritori author: mengingat pembaca gue datang dari cukup banyak kalangan (CIE WOOOO), kalau ada kata yang kurang familiar, seperti utas, aud, agit, dan lain-lain, read it backwards, ok? That's just how the selatans roll.

Hari ini hari pertama sekolah, dan gue belum pernah sepanik ini.

Iya. Bahkan tahun lalu, saat gue lulus SMP dan mau masuk 70, gue ekstra-stress, tapi nggak se-stress sekarang (more like, dulu gue belum tau se-stress apa gue seharusnya, sih. Tapi intinya, sekarang Ismi pasang lockscreen bleach yang sering dipake untuk lawak-lawakan bunuh diri, a.k.a Clorox, dan gue ngiler pengen minum). Tadi malem gue setengah sadar hingga jam satu, lalu pas alarm bangun, langsung melek.

Sepanik itu.

Sebelumnya, gue sekolah di swasta yang tenang dan damai. Meskipun tugas gue bikin gue hampir minum clorox juga, tapi... gue masih kayak orangutan di Tanjung Puting yang lagi dirawat sama pihak margasatwa. Belum dilepas di alam bebas. Segalanya aman, tenang, terkendali, dan terjadwal.

Gue lebih panik daripada tahun lalu. Padahal, tahun lalu, gue adalah seekor anak domba yang dilepas di sarang serigala (nggak, nggak separah ini, sih. Pada akhir tahun pelajaran, gue mendapati bahwa mereka baik, absurd dan asik kok).


"Nggak deeeh~" kata nasib sambil menjulurkan lidah
pada kata-kata di dalam kurung.

Bayangin aja, dulu, semua senasib sama gue. Baju kegedean, sepatu px, tas item, rambut kuncir. Kalo jalan nunduk. diam dan tidak berisik di tempat-tempat umum seperti kantin atau gazebo atau koridor ruang guru. Ditindas bersama, sengsara bersama. Agit cantik, okelah. Aud cantik, yha gpp.

Lalu sekarang,


yang seperti ini.
menjadi begini.

Astaga. Gue udah mengira kalau terjadi perubahan besar-besaran saat aud, tapi... nggak seekstrem ini! Rok rempel menyapu lantai diganti dengan rok semispan. kaos kaki putih selutut (but this is seriously gold tho everyone literally looks better with this style). Baju gombrong berlengan sesiku bertransformasi menjadi baju kecil dengan lengan agak pendek.  Rambut yang biasanya dikucir rendah sudah menjadi badai. 

(( not that I against them tho. Sumpah guys kalian jadi cantik semus aku juga enjoy melihat kalian ok ok!! ))

Selain soal penampilan, gue memperhatikan mendadak mereka semua jadi jauh lebih percaya diri. Ketawa-ketawa cantik sambil kibas rambut ("aku sudah boleh digerai lho!"), dagu lebih terangkat, bahu lebih tegak... beda banget dengan masa-masa utas dulu (dan gue cukup seneng liat ini sih, soalnya ada suatu periode di masa-masa utas gue yang bikin gue selalu nunduk ketemu orang yang nggak gue kenal. Tahu bahwa keadaan ini nggak lagi terjadi bikin gue sedikit lebih baik).

Oke. Gue tau kalau di cerita-cerita, itik buruk rupa menjadi angsa cantik, tapi, *menjentikkan jari* sadar! Kamu ada di dunia nyata! Angsanya bukan cuma cantik, melainkan pakai mahkota layaknya Odette si siluman angsa (kalau kalian nonton Barbie, pasti tahu).


Dan ini adalah satu-satunya angsa yang cukup
relevan dalam hidup gue, karena... gue belum dapet
temen sebangku.

Sebenernya, banyak orang yang gue tau yang sekelas sama gue. Mereka bergerombol, ngobrol sendiri. Bukan karena mereka ngegeng tapi emang karena halo??? Aku tidak dikenal??? Nggak bisa dipungkiri, gue bertanya-tanya juga. Kalo sejak utas gue suka nongkrong, atau setidaknya punya skill basa-basi, atau... mungkin, mungkin lho... melanggar lusinan peraturan sekolah dan menjadi cantik... mungkin... temen gue lebih banyak.

Iya, iya. Gue yakin, kalian anak-anak (e)X MIA 4 yang kadang baca ini, agak kaget. Wow, Jemi mikir dan/atau wondering kayak gini? Iya, kayak tadi pas gue cabut fisika. Rishad dan Dimas yang lagi bobo-boboan di koridor mencegah gue, yang baru ngambil buku SUPER BANYAK dari perpus, untuk masuk ke kelas. Karena di kelas ada guru.

Dan bisa dibilang, gue menikmati reaksi kaget mereka pas tau gue bilang, "Oh, oke," lalu berputar haluan. Untuk cabut.

Yes ma vvriend sealim apa sih gue di depan kalian. Hhhhh. Benar-benar langkah yang salah untuk memulai masa utas, ya? :(

Terus, gue mulai mikir lagi. Kalo, kalo aja, gue udah tau apa yang terjadi di sekolah penuh anak eksis ini. Apa gue tetep jadi gue yang sekarang (yang dulu, maksudnya, pas awal-awal masa utas)? Apa gue bakal diajak makrab-makrab kayak abis Natal waktu itu? Apa gue bakal diem doang di kelas, cuma kenal anak X MIA 4, anak rohkris, anak ekskul, temen les, dan temen sekelompok GA? Nggak lebih dari seratus orang. Dan angkatan gue, hampir tiga ratus enam puluh orang.

Mungkin, mungkin... kalo gue lebih asyik, lebih normal (ya, you guys should listen what Ismi, Nafisa, and I talk about, sometimes), lebih cantik, lebih gaul, lebih santai... gue akan lebih socially acceptable. Kalau gue membicarakan orang lain, baju atau make up instead of LGBTQ+ issues, or the existence of God. Or memes.


but B O D O   A M A T about
memes tho, I'm still gonna
use 'em whenever I can.
(( and this one is quite relatable rn hhhhh ))

Iya, gue tau, Win, Yon, atau siapalah yang biasanya menjadi teman rasional gue, gue udah kayak nggak punya akal sehat lagi. Gue kayak, komik ala-ala di 9GAG yang menggambarkan seorang pria dengan "rambut" yang lebat dan berbunga-bunga, memangkas "rambut"-nya, agar sama dengan orang di sekitarnya. 

(( gue ga nemu itu di google ok ok jadi kira-kira penggambaran (harfiah, karena, well no shit, itu kan komik) dari quotes "Normality is a paved road." ))

Gue tau sekarang gue kayak brainless karena berpikir untuk mengubah diri gue, hanya untuk punya temen lebih banyak. Padahal, gue bukannya nggak punya temen. I know i'll always have Winda, Alex, and Ji Yon, and also the ayy carambas. I socialize(d) pretty well with Dhika and Ima and Bulan and them ebas. I befriend Arthur, Tobias and Yuli. Recently I have The Dengdengs + Shankara and Odetta.

Kenapa selalu ngerasa kurang, sih Jem? kira-kira, sisi simpel dan logis dari diri gue protes keras. Kenapa lo harus pusing-pusing mikirin tas aud lah, sepatu aud lah, jumlah rempel dan seberapa kecil baju lo?

Tapi gue butuh temen, k. Gue butuh pengakuan dari manusia-manusia di sekitar gue bahwa gue, well, layak. Gue butuh penerimaan dan pengakuan. Ego gue lapar dan rapuh seperti those who are men's. #eits #stereotypemuch


brb reevaluating my life

entahlah, sekarang gue merasa semacam... digodok konsistensinya(???) Antara prinsip-prinsip tidak penting gue dan these social pressure I've never faced before. Hng :(

Dah ah w mau tidur saja. Semoga besok menjadi lebih baik.

Comments

Popular Posts