Bukan Waktu yang Tepat untuk Menulis: yang Di-breakdown Tema, yang Ke-breakdown Mental
(Ini totally curhat kaga ada lucu-lucunya kaga ada meme-memenya yaudahlah telen aja anjing gabisa gue pura-pura seneng I'm going to BE HONEST WITH MYSELF!!1!!)
Ini setengah dua pagi DAN aptop gue rusak (as in baru jatuh dari ketinggian semeter tanpa pelindung). DAN besok minggu pertama mengumpulkan progress Logbook dan DUA mindmap. DAN gue udah menatap laptop seminggu penuh, hari ini nonstop dari jam 12 siang sampe jam 9 malam (as in hal pertama yang harusnya gue lakukan adalah itirahat mata).
Tapi penat banget. Sumpah. Dan gue berjanji nggak akan being too hard on myself, sehingga apabila this is the least I could do for myself, yaudah. Lakuin aja.
Saat ini gue nggak berani ngeluh sama siapa-siapa karena takut dibilang "baru minggu pertama, Jem!" atau "Jadi caPO mentalnya harus kuat!" atau "ngga boleh cengeng, ah!" yang diutarakan dengan maksud baik, tapi salah sasaran dan salah waktu.
Bingung mau cerita sama siapa. Semua punya bebannya sendiri-sendiri. Mau cerita sama tim, nggak enak. Gimana mereka bisa percaya gue kalo gue ga bisa percaya diri sendiri? Nggak boleh, gak mungkin.
Mau cerita sama temen SMA, mereka nggak bisa relate. Mereka gatau seberapa susahnya ini, seberapa gue haus mengorbankan waktu, energi, pikiran, dan perasaan untuk ini. Seberapa berdampak I want this to be.
Mau cerita sama temen-temen kuliah, semua sibuk. Lagi konsol. Lagi nyiapin per-IMS-an. Per-CARTALA-an dan pe-Coarse-an.
Mau cerita sama Alex atau Widi, kayak... ga enak aja. I've been irrelevant in their life for so long, gue ngga mungkin tiba-tiba masuk lagi. Terus bawa beban. Nope. Not going to do that. Ever.
Mau cerita sama Gabby... dia lagi nggak dalam energi yang baik untuk menyerap ini. She has been anxious for days dan gue nggak mau nambahin beban.
Mau cerita sama Dody tapi doi lagi mencapai titik baru dalam kehidupannya. He seems busy but happy, dan gue turut senang. Udah cukuplah gue repotin perihal tema, speaker, sponsor. Nggak usah pake breakdown-breakdown-an. He has his own problems, yang gue nggak akan bisa relate karena itu dunia orang dewasa, hehe.
Pilihan terbaik sebenernya temen-yang-itu tapi UDAH BERBULAN-BULAN NGGA NGOMONG AHAHAHAH padahal kemaren dikasih waktu di kereta. Kangen banget faaaaaak tapi mo gimana kita sibuk di bidang yang berbeda, ketemu tiap hari juga gaakan mengubah apapun.
Belum lagi, ternyata terpengaruh juga masalah makhluk-astral-paling-sotoy-se-IKM-FTUI. Kayak, I thought I will be okay. Setelah dipikir-pikir lagi (dan karena gue emang masokis gue malah ngestalk dan nyocok-nyocokin uh fuck), gue malah... sedih dikit. Sedih banyak sih. Fak. Fak. Tai nggak bisa mundur sekarang, atau menghindari sekarang karena AAAAH ANJIIIINK. Belum lagi Eja malah aduh fak gataulah anjing bangsat taiiiii. Mati ajalah anjing faaak.
Kemudian tiba-tiba gue flashback ke masa-masa SMA. Seru juga ya punya pacar HAHAHA tapi while remembering the good times, yang kebanyakan muncul malah how bad it actually was. Seberapa bad dia memperlakukan gue, semua tindakan yang controlling dan bikin gue ngerasa not good enough ini seakan-akan datang lagi. Dan meskipun gue sudah sepenuhnya lepas, ternyata saat ini, at this very moment, perasaan-perasaan kalau gue nggak berguna yang diiringi ragu dan takut, pertanyaan "what if" dan "how could" muncul lagi. Ternyata gue masih marah diperlakukan seperti itu. Ternyata gue belum bisa mengampuni dia sepenuhnya. Dan sakit banget, apalagi di malam hari, di waktu gue secapek ini, di waktu gue bener-bener prone sama emosi.
Dan tadi gue membaca suicide slash depression story di twitter tanpa trigger warning. Dan sekarang perasaan kalau hal itu nyata, mungkin, dan berpengaruh di kehidupan gue yang sekarang. Iya, bahkan yang seramai dan sesibuk ini. What stops me is what making me feel this way alias CENS. Dan kata-kata rekan-keretaku yang gataaau deeeh masih sepeduli itu apa ngga.
Dan akhirnya gue menangisi CENS-CENS ini juga. HHHHHHH.
Harusnya, saat ini banget, gue melengkap drive mindmap konsep dan tema gue, serta mengisi logbook gue, gue malah nulis. Nggak papa. It's okay. Kata Alvin, "jangan lupa perhatikan kesehatan mental ME-ME lu, Jem," dan karena no one is going to do that for me (ya kecuali kakak asuh gue coy tapi dia lagi skripsian mana tega gue), I'm gonna do it myself.
Gue udah pernah jadi ketua pelaksana. Saat itu, salah seorang alumni bilang, "jadi ketua, berarti harus jadi pilar yang paling kuat."
Dan sekarang, karena gue anak sipil, mungkin bisa direvisi kali, ya.
Jadi PO itu berarti jadi kolom yang paling kuat. Dan paling kuat bukan berarti paling keras. Ada waktunya suatu struktur harus bisa lendut kalau dibebankan; jauh lebih baik dibanding lurus tapi fraktur. Lebih baik lunak dan beristirahat, daripada keras lalu patah.
Tapi siapa yang tau, ya kan?
Siapapun yang membaca ini, could you please kindly pray for me?
Ini setengah dua pagi DAN aptop gue rusak (as in baru jatuh dari ketinggian semeter tanpa pelindung). DAN besok minggu pertama mengumpulkan progress Logbook dan DUA mindmap. DAN gue udah menatap laptop seminggu penuh, hari ini nonstop dari jam 12 siang sampe jam 9 malam (as in hal pertama yang harusnya gue lakukan adalah itirahat mata).
Tapi penat banget. Sumpah. Dan gue berjanji nggak akan being too hard on myself, sehingga apabila this is the least I could do for myself, yaudah. Lakuin aja.
Saat ini gue nggak berani ngeluh sama siapa-siapa karena takut dibilang "baru minggu pertama, Jem!" atau "Jadi caPO mentalnya harus kuat!" atau "ngga boleh cengeng, ah!" yang diutarakan dengan maksud baik, tapi salah sasaran dan salah waktu.
Bingung mau cerita sama siapa. Semua punya bebannya sendiri-sendiri. Mau cerita sama tim, nggak enak. Gimana mereka bisa percaya gue kalo gue ga bisa percaya diri sendiri? Nggak boleh, gak mungkin.
Mau cerita sama temen SMA, mereka nggak bisa relate. Mereka gatau seberapa susahnya ini, seberapa gue haus mengorbankan waktu, energi, pikiran, dan perasaan untuk ini. Seberapa berdampak I want this to be.
Mau cerita sama temen-temen kuliah, semua sibuk. Lagi konsol. Lagi nyiapin per-IMS-an. Per-CARTALA-an dan pe-Coarse-an.
Mau cerita sama Alex atau Widi, kayak... ga enak aja. I've been irrelevant in their life for so long, gue ngga mungkin tiba-tiba masuk lagi. Terus bawa beban. Nope. Not going to do that. Ever.
Mau cerita sama Gabby... dia lagi nggak dalam energi yang baik untuk menyerap ini. She has been anxious for days dan gue nggak mau nambahin beban.
Mau cerita sama Dody tapi doi lagi mencapai titik baru dalam kehidupannya. He seems busy but happy, dan gue turut senang. Udah cukuplah gue repotin perihal tema, speaker, sponsor. Nggak usah pake breakdown-breakdown-an. He has his own problems, yang gue nggak akan bisa relate karena itu dunia orang dewasa, hehe.
Pilihan terbaik sebenernya temen-yang-itu tapi UDAH BERBULAN-BULAN NGGA NGOMONG AHAHAHAH padahal kemaren dikasih waktu di kereta. Kangen banget faaaaaak tapi mo gimana kita sibuk di bidang yang berbeda, ketemu tiap hari juga gaakan mengubah apapun.
Belum lagi, ternyata terpengaruh juga masalah makhluk-astral-paling-sotoy-se-IKM-FTUI. Kayak, I thought I will be okay. Setelah dipikir-pikir lagi (dan karena gue emang masokis gue malah ngestalk dan nyocok-nyocokin uh fuck), gue malah... sedih dikit. Sedih banyak sih. Fak. Fak. Tai nggak bisa mundur sekarang, atau menghindari sekarang karena AAAAH ANJIIIINK. Belum lagi Eja malah aduh fak gataulah anjing bangsat taiiiii. Mati ajalah anjing faaak.
Kemudian tiba-tiba gue flashback ke masa-masa SMA. Seru juga ya punya pacar HAHAHA tapi while remembering the good times, yang kebanyakan muncul malah how bad it actually was. Seberapa bad dia memperlakukan gue, semua tindakan yang controlling dan bikin gue ngerasa not good enough ini seakan-akan datang lagi. Dan meskipun gue sudah sepenuhnya lepas, ternyata saat ini, at this very moment, perasaan-perasaan kalau gue nggak berguna yang diiringi ragu dan takut, pertanyaan "what if" dan "how could" muncul lagi. Ternyata gue masih marah diperlakukan seperti itu. Ternyata gue belum bisa mengampuni dia sepenuhnya. Dan sakit banget, apalagi di malam hari, di waktu gue secapek ini, di waktu gue bener-bener prone sama emosi.
Dan tadi gue membaca suicide slash depression story di twitter tanpa trigger warning. Dan sekarang perasaan kalau hal itu nyata, mungkin, dan berpengaruh di kehidupan gue yang sekarang. Iya, bahkan yang seramai dan sesibuk ini. What stops me is what making me feel this way alias CENS. Dan kata-kata rekan-keretaku yang gataaau deeeh masih sepeduli itu apa ngga.
Dan akhirnya gue menangisi CENS-CENS ini juga. HHHHHHH.
Harusnya, saat ini banget, gue melengkap drive mindmap konsep dan tema gue, serta mengisi logbook gue, gue malah nulis. Nggak papa. It's okay. Kata Alvin, "jangan lupa perhatikan kesehatan mental ME-ME lu, Jem," dan karena no one is going to do that for me (ya kecuali kakak asuh gue coy tapi dia lagi skripsian mana tega gue), I'm gonna do it myself.
Gue udah pernah jadi ketua pelaksana. Saat itu, salah seorang alumni bilang, "jadi ketua, berarti harus jadi pilar yang paling kuat."
Dan sekarang, karena gue anak sipil, mungkin bisa direvisi kali, ya.
Jadi PO itu berarti jadi kolom yang paling kuat. Dan paling kuat bukan berarti paling keras. Ada waktunya suatu struktur harus bisa lendut kalau dibebankan; jauh lebih baik dibanding lurus tapi fraktur. Lebih baik lunak dan beristirahat, daripada keras lalu patah.
Tapi siapa yang tau, ya kan?
Siapapun yang membaca ini, could you please kindly pray for me?
Comments
Post a Comment