Bukan Waktu yang Tepat Untuk Menulis: Tentang Desain Struktur dan Ujian (dari Tuhan)

 Warning: di unggahan ini akan ada banyak istilah ketekniksipilan karena sungguhlah ini semua kepikirannya di tengah ujian beton. Tapi gue akan mencoba menjalaskan sejelas mungkin, karena... it's worth it.

Hai! Gimana UASnya?

kalo ada yang kepo kondisi gue, ini
cukup untuk menggambarkan

Anyway.

Di tengah ujian struktur beton yang allahuma gak susah-susah banget sih tapi waktunya kok cepet banget ya kemarin, gue tiba-tiba kepikiran inti dari tulisan ini. Bagi yang belum tau, struktur beton adalah mata kuliah teknik sipil di mana lo belajar menghitung dan mendesain jenis (jenis?) beton dan tulangan apa yang tepat untuk sebuah desain bangunan yang spesifik, supaya bangunannya... berdiri. #noshit Salah satu hal yang gue pelajari adalah menentukan dimensi (ukuran?) dari komponen-komponen bangunan, seperti kolom (semacam... pilar?), fondasi, pelat (sesuatu yang ada di bawah lantai, yang memisahkan tingkat satu dan tingkat-tingkat di atas atau bawahnya), dan balok (sesuatu yang menopang bebannya pelat).

Secara sederhana, belajar biar suatu bangunan nggak roboh.

Dalam mendesain bangunan, salah satu hal yang cukup penting adalah peruntukkannya. Dalam arti bentuk dan ukuran komponen-komponen di atas akan berubah-ubah sesuai ukuran dan fungsi bangunan. Karena, bangunan yang diperuntukkan sebagai... sekolah, misalnya, atau gudang, akan memiliki beban yang berbeda. Logikanya, beban yang harus ditanggung si gedung sekolah hanya meja, kursi, komputer, dan... banyak manusia, tapi beban yang ditanggung gudang bisa berupa alat-alat berat, stok barang, dan lain-lain. Secara umum, gudang dengan beban yang lebih berat akan memiliki komponen-komponen yang lebih besar supaya, well, komponen-komponennya kuat menahan bebannya dan nggak roboh.

Intinya, akan ada desain yang tepat untuk setiap bangunan secara spesifik.

oke, kita sudahi engineering bullshit ini.

Kembali ke inti dari unggahan ini, gue menyadari kalo... setiap dari kita hanyalah berupa proyek-proyeknya Tuhan. Tuhan mendesain setiap dari kita punya sebuah fungsi di masyarakat (bahkan ketika lo kira lo nggak berguna, lo menghasilkan karbondioksida buat tanaman supaya mereka bisa fotosintesis), sebagaimana setiap bangunan punya fungsi-fungsinya sendiri. Tentunya, sebagaimana setiap bangunan punya bebannya, kita, manusia, sebagai proyek-proyeknya Tuhan juga punya beban kita sendiri-sendiri, sesuai bagaimana Tuhan sudah merancang kita.

Dan karena Tuhan bukan mahasiswa Teknik Sipil bodoh yang salah input besar beban di perhitungan tugas besarnya, Tuhan nggak membuat engineering failure.  Karena itulah, Tuhan sudah merancang setiap komponen-komponen dari hidupmu tepat guna, untuk membentuk kita semua menjadi bangunan-Nya yang cukup kokoh untuk menjalankan fungsi masing-masing. Bahkan untuk hal-hal yang lo selama ini anggap sebagai kegagalan dan kesalahan—keluarga yang nggak lengkap, kehidupan akademis yang amburadul, atau kondisi mental yang nggak baik, apapun itu—sebagai bagian-bagian yang sudah Tuhan rancang untuk bisa kita lewati dan membantu kita terbentuk seperti keinginan-Nya.

Tuhan akan merancang support yang tepat untuk kita—dapat berupa teman-teman yang suportif, kesempatan yang datang tepat waktu, atau minat dan bakat yang membuat kita berkembang, apapun yang kita punyauntuk bisa melewati beban yang Tuhan juga sudah rancang untuk kita terima—supaya kita bisa menjalankan fungsi kita di dunia, sementara sebelum kita dipanggil lagi.

Jadi, apapun yang sedang lo lakukan sekarang, apapun yang sedang berusaha lo lewati, seberat apapun rasanya, sesakit apapun prosesnya, you might want to remember this: lo dirancang untuk mampu melalui ini.

And that's on an awakening in a middle of ujian struktur beton. Semoga menjadi berkat!


Comments

Popular Posts