Mengusir Awan Gelap: Gagal Bertahan, Gagal dalam Gagal Bertahan

Oke, oke.

Sedikif informasi: jangan pernah, JANGAN PERNAH, taking pills and expect yourself to be overdosed. Apalagi cuma sepuluh pil. Dua belas. Nope. Kayaknya harus puluhan? Ratusan? Tapi kalo aku minum, katakanlah empat puluh, dan ngga mati, hari-hari berikutnya akan sangat menderita.

It only leaves you with kepusingan dunia, kengantukan luar biasa, tungkai-tungkai ngilu dan kesemutan, otak yang membodoh, sakit perut (di bagian pinggang sih, probably kidney?), tapi nafas putus-putus. Iya. Kamu ngga bisa nafas manual lagi, kamu harus tarik nafas sendiri, meanwhile pusing dan ngantuk luar biasa bikin kamu sangat susah melek dan bergerak. Ini terjadi seharian penuh. Kepalamu sakit kena cahaya, kamu ngga bisa buang air, tapi pikiranmu terus berputar, dan semua bebannya tidak hilang.

Dan aku masih hidup.

It sucks, you know. I woke up after... idk, 14 hours? Of pusing luar biasa dan nafas putus-putus. Harus menghadapi dunia lagi. Ngerjain tugas kepanitiaan lagi. Can you see the irony, seorang mahasiswa yang sudah mantap mengambil keputusan untuk pergi, terpaksa bangun lagi dan menerjemahkan artikel dengan perut perih luar biasa dan oksigen ala kadarnya? That sucks, man.

Aku juga jadi ngga kelas hari ini, ngga bisa bangun. Ngga makan juga. Badanmu kayak bukan punyamu sendiri. Berat. Nafas juga berat.

Mending meninggal sekalian. Tapi aku masih hidup, sadly.

Mau doa, merasa bersalahnya sampe ke sumsum tulang. Mau bangun, ngga sanggup. Mau dibawa tidur lagi, sesek nafas.

Apalah. Bunuh diri untuk menghindari penderitaan, tapi malah dapat lebih banyak lagi.

Jangan percobaan bunuh diri, kawan. Repot.

Comments

Popular Posts